Blog

RDA (RESOURCE DESCRIPTION AND ACCESS) UNTUK PEMUSTAKA


RDA
(RESOURCE DESCRIPTION AND ACCESS)
UNTUK PEMUSTAKA
Oleh:
Iskandar
(Pustakawan
Ahli Madya Unhas)
Masih banyak pustakawan atau calon
pustakawan termasuk mahasiswa ilmu perpustakaan yang belum mengenal RDA atau Resource Description and Access. Tulisan
ini akan memberi penjelasan singkat terkait RDA tersebut.
RDA (Resource
Description and Access)
adalah standar pengkatalogan sebagai pengganti
AACR2 (Anglo American Cataloguing Rules)
yang berisi instruksi untuk pendeskripsian semua jenis bahan perpustakaan
termasuk versi digital dan online yang dapat digunakan sebagai katalog berbasis
web dan untuk layanan penelusuran sehingga membantu pemustaka untuk mencari,
mengidentifikasi, memilih dan memilah informasi yang diinginkan dengan cepat,
tepat, dan sesuai kebutuhannya.
RDA sebenarnya sudah dirancang sejak April
tahun 2005, dikembangkan tahun 2007, di ujicoba versi beta tahun 2009,
dievaluasi tahun 2010, dan mulai diterapkan pada perpustakaan tahun 2013 di
Amerika Serikat, Canada, Inggris, Jerman, Selandia Baru, Australia, dan
Singapura.
Secara umum, perbedaan AACR2 dan RDA
sebagai berikut:
AACR2
RDA
Terbit dalam versi cetak
Terbit dalam versi cetak dan online
Dibagi berdasarkan jenis bahan perpustakaan
Netral dan tidak berdasarkan jenis bahan perpustakaan
Berdasarkan tingkatan deskripsi
Tidak mengenal tingkatan deskripsi
Penggunaan GMD (general Material Designation)
Tidak menggunakan GMD. Dikembangkan berdasarkan content, media, dan carrier type
Mengenal Singkatan
Hanya ‘cm’ yang disingkat. Tulisan seperti, edisi,
cetakan, ilustrasi harus ditulis panjang (tidak disingkat)
Rule of three … [et al.]
Tidak ada lagi Rule
of three
Entri utama
Titik akses kepengarangan
Berdasarkan ISBD  (International Standard Bibliographic
Description
)
Berdasarkan FRBR (Functional
Requirement Bibliographic Record
)
Pilihan titik akses
Hubungan FRBR
Bentuk tajuk
Atribut FRAD (Functional
Requirement for Authority Data
)
References/rujukan
Hubungan RFAD
Di perpustakaan, sarana temu balik
koleksi diperlukan. Sarana temu balik ini merupakan kebutuhan pemustaka yang
harus disiapkan oleh pustakawan. Cara terbaik adalah dengan menerapkan sistem
RDA ini. Pustakawan perlu mengetahui cara-cara pengkatalogan versi terbaru ini
(RDA) karena pada prinsipnya penerapan RDA berlandaskan pada AACR2.
Berdasar pada semakin maju dan
berkembangnya jenis bahan informasi perpustakaan baik dalam bentuk digital,
basis data Web, maupun sumber-sumber elektronik lainnya maka pustakawan harus
mampu merealisasikan format RDA ini dengan menggunakan software INLIS (Indonesia Integrated Library system)  yang dikembangkan oleh Perpustakaan Nasional RI
atau software lainnya yang mendukung format RDA ini.
Penginputan RDA secara rutin di
perpustakaan akan membantu pemustaka dalam:
  1. Memudahkan dalam penemuan
    informasi/koleksi yang dicarinya. Di perpustakaan, jika masih menggunakan
    sistem AACR2 maka pemustaka akan kesulitan dalam penemuan informasi karena
    sistem AACR2 belum lengkap dan tidak terperinci dengan jelas terkait deskripsi
    informasi.
  2. Menghindari salah akses. RDA di
    rancang dengan pemberian informasi dengan sejelas-jelasnya sehingga menghindari
    kesalahan akses ‘identitas’ suatu sumber informasi.
  3. Menghemat waktu penelusuran. Dengan
    RDA pemustaka akan menghemat waktu dalam penelusuran karena informasi telah
    terinput secara akurat dan menampilkan keterkaitan informasi yang relevan
    sehingga dapat dengan cepat pemustaka menentukan sumber informasi yang menjadi
    kebutuhannya.
  4. Informasi dapat dilakukan dengan
    sistem online. Dengan RDA pemustaka dapat menelusurnya dalam format online atau
    format cetak. Pilihan format ini menjadikan pemustaka lebih fleksibel dalam
    memilih informasi yang sesuai kebutuhannya.
  5. Format RDA memiliki keseragaman pada
    semua jenis perpustakaan sehingga pemustaka menjadi mudah dalam mengakses,
    memilih bahasa, dan pemanfaatannya juga sangat mudah.
 Penginputan sumber informasi yang
ada di perpustakaan dengan RDA adalah tugas dan tanggung jawab pustakawan.
Karena itu, setiap pustakawan perlu mempelajari dan menerapkan RDA ini di perpustakaannya
agar informasi yang ‘berlimpah’ dalam perpustakaan dapat diakses oleh pemustaka
dengan cepat, tepat, dan sesuai dengan kebutuhannya.
Sumber bacaan:
Perpustakaan Nasional RI. 2018. Pedoman RDA (Resource Description &
Access)

Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top