Manajemen Tiga SA Pak Suharto (Catatan Seorang Pengusaha)
Ide-ide Pak Harto lebih daripada ide-ide kita pengusaha pada umumnya. Saya akui beliau memiliki leadership, yang sudah kelihatan sejak dari kecil ketika beliau ikut ayah saya. Saya banyak mengetahui situasi beliau ketika muda dari ayah saya. Di sekolah, Pak Harto selalu nomor satu dan pasti jadi ketua kelas. Di kepanduan pun, beliau menjadi pemimpin.
Demikian juga ketika membuat persatuan sepak bola di Wurnyantoro, beliau dipilih secara demokratis jadi kapten. Kalau diberi tugas dari bapak saya ada dua orang kakak saya : Sudiyarto dan Soelardi – Pak Harto selalu menyelesaikan dengan baik. Suatu ketika masing-masing diberi tugas, mengerjakan sebidang tanah, yang paling produktif adalah bidang tanah yang digarap Pak Harto, karena beliau rajin memberi pupuk dan sebagainya.
Gambar Pak Suharto
Beliau tidak banyak ngobrol apalagi bergurau, barangkali ini bawaan dari ayahnya yang pendiam. Setelah berusia baru saya terlibat bekerja dengan beliau dalam Yayasan Dana Abadi Karya Bakti (DAKAB), dengan dibantu para menteri.
Dalam yayasan ini terlihat bahwa beliau benar-benar open management, semua orang bisa melihat ke dalamnya, baik manajemen maupun hasil-hasilnya. Ada juga yayasan yang memberi beasiswa kepada anak-anak yang tidak mampu tetapi cerdas, seperti Yayasan Supersemar.
Ada lagi Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila, yang bertugas memberi pendidikan rohani dan pendirian masjid. Di daerah yang mempunyai lahan, tetapi tidak mampu mendirikan masjid, maka beliau membantu memberikan dana Rp 75 juta untuk pendirian masjid.
Melalui kegiatan YABMP kini telah berdiri kurang lebih 4.500 mesjid. Jadi dalam yayasan tersebut, dana yang berasal dari masyarakat kemudian ditampung, didepositokan dan bunganya dipakai untuk membangun. Memang depositonya ratusan milyar, tetapi semuanya untuk masyarakat. Pak Harto tidak pernah menyentuh sedikit pun.
Bahkan BPKP diperintahkan untuk mengaudit dan para pegawainya tidak digaji sehingga tidak ada manipulasi. Kalau tidak ada tanda tangan Bapak (Pak Harto, red.), uang tidak bisa keluar. Pengelolanya pun para mantan pejuang, seperti Zahid Husein, Sudjarwo, Ali Affandi, Hedijanto, dan Soekasah Somawijaya.
Pedoman hidup kepemimpinan Pak Harto sampai sekarang adalah ilmunya “3 SA”. Itu jelas-jelas terpampang di atas pintu kerjanya. Yaitu: Sabar, Sareh, dan Soleh. Sabar, misalnya mendapat laporan dari bawahan, apalagi orangnya datang dengan tergesa-gesa, maka kita harus menerimanya dengan sabar jangan ikut gugup.
Sareh, sebelum memberikan putusan, kita harus berpikir terlebih dahulu secara mendalam. Kalau sudah yakin, baru diputuskan. Bila sudah diputuskan, jangan sekali-kali berubah. Saleh, segala sesuatu itu nantinya adalah Tuhan yang menentukan, kita harus selalu memohon kepada-Nya. Bagi umat Islam dengan Shalat yang 5 waktu.
Ada contoh kehebatan Pak Harto dalam membuat keputusan yaitu dalam keputusan diberlakukannya devaluasi. Waktu itu para menteri sudah mengatakan tidak ada devaluasi. Tetapi setelah beliau mendapat laporan bahwa harga minyak jatuh di bawah US$ 10, maka beliau memanggil para menteri terkait dan para pakar ekonomi untuk diminta pendapatnya.
Pilihan satu-satunya adalah devaluasi. Ketika itu para pakar dan para menteri tidak diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing, dan pada hari itu juga pukul 20.00 WIB diumumkan lewat TVRI bahwa Pemerintah mengumumkan adanya devaluasi. Tampak beliau dalam memutuskan sesuatu selalu tegas menjaga kerahasiaannya hingga saat diumumkan. Jadi tidak ada informasi yang bocor.
Di waktu perang pun kehebatan Pak Harto terbukti ketika melakukan Serangan Umum di Yogya. Maksudnya agar dunia luar tahu, bahwa tentara Indonesra masrh ada. Kemudian serangan ke Irian. Secara fis1k jelas kita kalah. Pak Harto mengerahkan sukarelawan.
Saya juga ikut dan dibawa ke Ternate” dan sebelumnya sempat dilatih di Cimahi selama 3 bulan dan diberi bedil-bedilan. Semua peralatan dicat hijau. Semua kapal-kapal dikumpulkan di Manado dan Ujung Pandang dan dicat loreng-loreng.
Akibatnya pengamatan satelit mata-mata melihat ratusan ribu tentara sedang disiapkan Pemerintah Indonesia untuk merebut Irian. Informasi ini pun disampaikan ke Belanda agar jangan menganggap enteng persiapan yang dilakukan Soeharto.
Akhirnya belum sampai perang, Belanda sudah ngeri karena tentara sudah ada yang diterjunkan ke bumi Irian bahkan ada yang terjun di asrama Belanda dan tinggal menunggu komando, meski banyak juga tentara yang mati. Psywar waktu itu menyebutkan Indonesia akan mengerahkan 400.000 tentara dan sukarelawan. Belanda ngeri mendengar itu. Akhirnya terjadi gencatan senjata. Setelah itu saya kembali ke Jakarta. Di Sini kelihatan Pak Harto tidak mam-main mempersiapkan segala sesuatunya.
Dalam mengatur negara ini, beliau menerapkan pengalaman dan apa yang telah beliau pelajari. Saya melihat ide-ide beliau yang brilian apalagi pada saat-saat kritis. Misalnya, kepada para pengusaha disampaikan agar jangan semata-mata mencari keuntungan, tapi juga ikut memikirkan bagaimana memperkecil kesenjangan sosial yang ada.
Para pengusaha besar harus membantu pengusaha-pengusaha yang ketinggalan. Salah satunya dengan transfer of technology. Bukan sekedar memberikan dana saja, tetapi menggalang kemitraan. Seperti yang akhirnya disuarakan dalam Deklarasi Jimbaran, Bali.
Dalam mengatasi kesenjangan sosial beliau melansrr melalui dua cara. Pertama, pengentasan kemiskinan, dan pelaksanaannya dipercayakan kepada Pak Haryono Suyono. Kedua, bagaimana mempraktekkan kemitraan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil lemah, dipercayakan kepada Pak Hartarto, Menko Produksi dan Distribusi.
Bogasari misalnya, telah mempraktekkan hal itu jauh sebelumnya dengan memberikan bimbingan kepada pengusaha pertenunan non-mesin di Majalaya Mereka diberi order membuat kain belacu (bahan kantung terigu, red) dan melibatkan Bank BNI 46.
Bogasari yang menanggung dalam perolehan kredit. Hasil produksinya dibeli Bogasari, dan untuk menjahit kantongnya diorderkan ke penduduk di Leuwiliang, Bogor. Kemitraan ini sudah berjalan sejak lama. Cara ini bisa dipraktekkan kalau pengusaha lemah mau betul-betul bekerja keras.
Kita beri order, dan mereka harus mencapai target. Dampak positifnya, orang-orang itu mendapat pekerjaan, di mana pihak Bogasari tidak perlu menyiapkan hal-hal tersebut. Secara ekonomis tidak tinggi, perbedaannya tidak begitu tinggi bila dikerjakan pihak Bogasari. Sekarang order mereka tinggi, di mana satu rumah bisa memiliki 20 mesin yang khusus menjahit kantong.
Pada awal Orde Baru kita diberikan kesempatan berusaha. Memang salah satunya karena kita sudah kenal beliau. Tapi Pak Harto juga memberikan kesempatan kepada pengusaha lain, namun mereka tidak bisa melaksanakannya. Contoh, pabrik semen. Pengusaha lain juga diberi kesempatan membangun pabrik semen.
Sebenarnya syarat mendirikan pabrik semen hanya dua, tersedianya lahan dan dekat dengan bahan baku. Belakangan ada 23 proposal masuk, namun sampai detik ini belum ada realisasinya. Bahkan izinnya ditawar-tawarkan kepada kita senilai Rp 25 milyar.
Akan tetapi, ada juga pengusaha lain yang mau beli, karena mereka sudah memiliki tanah dan bahan baku. Angka ini tidak mahal karena harga tanahnya saja lebih dari Rp 25 milyar. Hanya pinjaman dari dalam negeri sulit diperoleh, karena bank mana yang mau memberikan pinjaman bagi pengusaha yang belum dikenal reputasinya di bidang semen?
Perihal monopoli semen. Saat ini pabrik semen ada 10 buah, dan harga ditentukan Harga Pedoman Setempat (HPS) dan distribusi diatur pihak asosiasi (Asosiasi Semen Indonesia). Tidak logis kalau kita disebut monopoli. Mereka yang mengatakan demikian bisa jadi karena iri hati, kemudian melontarkan isyu adanya kolusi.
Memang masuk akal jika saya sebagai keluarga Presiden sering minta nasehat kepada beliau dan memberikan berbagai infomasi Tetapi harap dicatat bahwa beliau juga tidak asal menerima begitu saja segala informasi yang masuk, beliau selalu check dan recheck. Kalau tidak benar, beliau tidak percaya lagi kepada si pemberi informasi. Dan satu hal lagi, beliau paling tidak suka kita menjelek-jelekkan orang.
Sifat keutamaan beliau yang lain adalah bahwa beliau itu sangat halus sekali budi-bahasanya. Saya belum pernah mendengar beliau membentak-bentak dengan kataakata kasar. Selain itu beliau juga tidak mudah terkejut. Suatu ketika saya makan bersama beliau di Cendana.
Tiba-tiba ada bayangan hitam meloncat. Saya sangat terkejut sehingga hampir meloncat dari kursi. Tapi Pak Harto tenang-tenang saja, dan hanya menoleh dan berkomentar “Apa itu?”. Dan memang ternyata itu hanya seekor kucing yang lewat. Itu juga berkat salah satu dari Tiga Sa tadi. Dan saya akui saya belum bisa melaksanakan tiga sa.
Selain itu Pak Harto juga sangat sederhana. Misalnya dalam pola makan. Beliau tidak pernah melupakan sambel dan tempe. Beliau sederhana sekali menunya, padahal di istana disediakan berbagai jenis masakan yang mewah, tetapi beliau jarang menyentuhnya.
Sudah begitu, beliau makannya sedikit. Demikian juga dalam hal berpakaian sangat sederhana. Di rumah hanya menggunakan sarung dan kaos. Kadang-kadang kaos yang sudah lama yang sudah aus. Tetapi kalau sudah waktu sembahyang, beliau langsung sembahyang, walaupun lagi asyik mengobrol. Disiplin beliau luar biasa. Pembawaan beliau yang lain adalah kalau beliau tidak berkenan dengan pembicaraan kita maka beliau akan diam saja. Itu artinya beliau tidak berkenan dan kita harus tahu diri.
Apa yang dibilang masyarakat, kalau kita dapat fasilitas, tidak benar hanya kita memiliki inisiatif dan kita meminta nasihat beliau. Beliau menganjurkan para pengusaha untuk berkembang. Beliau banyak mendengar keluhan para pengusaha asing, seperti hambatan birokrasi dan sebagainya.
Lantas Presiden membawa hal itu ke sidang Kabinet untuk dituntaskan. Akhirnya BKPM jadi satu atap. Begitu izin PMA masuk ke BKPM, beliau tahu prosesnya. Dari BKPM langsung ke Sekneg, lantas ke Presiden. Setiap malam, beliau menandatangani berbagai hal-hal penting.
Begitu malamnya masuk, paginya surat tersebut pasti sudah ditandatangani beliau. Berbagai dokumen penting yang harus ditandatangani tidak mengendap terlalu lama di Presiden. Beliau tidak menandatangani kalau sedang dinas luar atau sakit.
Disiplinnya Pak Harto adalah on time-nya. Dari ratusan surat yang masuk, para ajudan sudah memilah-milah dan isinya dipersingkat. Beliau tinggal memberikan disposisi: ”diproseS” atau ”panggil menterinya” dan sebagainya.
Beliau sangat menaruh perhatian bagi investor asing’ untuk menanamkan modalnya di Indonesia dan beliau akan menerima dengan senang hati. Apalagi yang telah menanamkan modal dalam jumlah besar. Misalnya Presiden Marubeni pun pernah diterima.
Tetapi ada juga swasta yang ngibul kepada beliau. Namun, meski beliau dikecewakan, beliau sabar saja karena filsafat tiga sa tadi. lni berkat pelajaran agama yang diterima beliau secara mendalam ketika muda. Saya sebagai familinya mau meniru, tapi rasanya belum bisa.
Baca juga selanjutnya di bawah ini :
- Manajemen Pak Harto Bisa Diamati Suksesnya Pembangunan Negara
- Manajemen Khas Indonesia Masa Suharto (Catatan Seorang Wartawan)
- Kepemimpinan Berdasarkan Hasta Brata
- Jenderal Suharto Manajer Puncak
Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.