PERISTIWA SEJARAH

Kelanjutan Kerajaan Jawa #SeriKeratonJawa

Sultan Agungsumber: rayanet.web.id

arifsae.com – Indonesia saat ini merupakan negara
dengan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tapi, sebelum Indonesia
menjadi negara Republik, ternyata sebagian besar wiayah di Indonesia berbentuk
kerajaan. Bahkan pada masa kejayaanya, kerajaan-kerajaan di Indonesia pernah
diakui oleh kerajaan besar dibelahan dunia lainnya.Kerajaan-kerajaan ini hadir dan
eksis pada masa Hindu-Budha sampai kedatangan Islam di Indonesia. Sebut saja
Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Palembang. Kerajaan ini menjadi kerajaan
maritim yang disegani dikawasan Asia Tenggara. Atau Kerajaan Majapahit di Jawa
Timur, yang luas wilayahnya bahkan melebihi luas wilayah Indonesia saat ini.Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit
eksis pada masa Hindu-Budha. Setelah era Hindu-Budha berakhir (dengan
ditandainya masuknya ajaran Islam), maka bergantilah corak Kerajaan yang ada di
Indonesia menjadi Islam. Dengan masuknya Islam, maka landasan Islam yang menjadi
ciri khas pemerintahannya. Ketika kedatangan penjajah yang mencoba ikut campur
dalam kedaulatan wilayahnya, tak jarang kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia menjadi
yang terdepan ketika melawan penjajah VOC Belanda. Salah satu contoh kerajaan
itu adalah Kerajaan Demak, Kerajaan Pajang, dan Kerajaan Mataram Islam.Dari semua kerajaan-kerajaan diatas,
hanya tinggal Kerajaan Mataram Islam yang masih eksis hingga saat ini.
Kerajaan-kerajaan, yang setidaknya melanjutkan kekuasaanya, ini tetap hidup dan
mendarah daging di lungkungan orang Jawa. Baik bangunan atau ajaran dan
kebudayaanya masih terjaga sampai sekarang. Kelanjutan Mataram IslamKerajaan Mataram Islam atau Kasultanan Mataram berdiri sekitar abad ke-17
yang didirikan oleh Sutawijaya atau Panembahan Senapati putera dari Ki Ageng
Pemanahan. Kerajaan ini boleh dikatakan sebagai penerus dari Kasultanan Pajang
sepeninggal Raja Hadiwijaya atau Joko Tingkir. Bahkan lebih jauh, penerus
Kasultanan Demak yang juga merupakan kelanjutan dari Kerajaan Majapahit.Didalam Kerajaan inilah muncul sosok
raja yang membawa pada keemasannya, dialah Mas Rangsang atau Sultan Agung Prabu
Hanyongkrokusumo. Pada masa Sultan Agung, wilayah kekuasaanya mencakup sebagian
Pulau Jawa (sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur) hingga
Madura. Bahkan, Sultan Agung berani menyerang VOC di Batavia
pada tahun 1628-1629 Masehi, disaat kerajaan lain segan dan takut terhadap
kekuatan VOC. Namun sayang, setelah mengalami kejayaanya, Kasultanan Mataram
perlahan meredup pengaruhnya sejak meninggalnya Sultan Agung. VOC secara
berangsur-angsur berhasil memecah belah kerajaan ini menjadi beberapa bagian.Puncaknya, pada tanggal 13 Februari
1755 terjadi Perjanjian Giyanti yang membagi Kerajaan Mataram Islam menjadi dua
wilyah, yaitu Kesunanan Surakarta dibawah raja Susuhan Paku Buwono III dan
Kesultanan Yogyakarta dikendalikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I. Sejak
saat itu, Kerajaan Mataram Islam telah pecah. Dan kedua kerajaan pecahaanya
dianggap sebagai kelanjutan dari Kasultanan Mataram Islam.Tidak sampai disitu, perpecahan tetap terjadi di tubuh kerajaan-kerajaan
yang dianggap sebagai penerus Dinasti Mataram itu. Karena 2 tahun berselang
sejak Perjanjian Giyanti, Kasunanan Surakarta terpecah lagi. Sejak 17 Maret
1757, Raden Mas Said dan Sultan Paku Buwana III menandatangani Perjanjian
Salatiga, yang memberikan hak kepada Raden Mas Said untuk menguasai wilayah
Timur dan Selatan dari wilayah Mataram. Gelar dari Raden Mas Said adalah
Mangkunegara I. Kemudian diberikan wilayah yang berkedudukan di Pura
Mangkunegaran.Perpecahan tidak hanya terjadi
dalam  tubuh Kasunanan Surakarta, gejolak
juga terjadi di Kasultanan Yogyakarta. Karena pada tahun 1813, didalam wilayah
Kasultanan Yogyakarta timbul perselisihan di wilayah kepangeranan yang
mengakibatkan wilayah itu memisahkan diri. Wilayah itu adalah Kadipaten Paku Alaman
dengan raja Pangeran Nata Kusuma bergelar Pangeran Adipati Paku Alam yang
bertempat tinggal di Pura Paku Alaman.Istana Para Raja

Sebagai sebuah raja, tentu selayaknya sang raja mempunyai
istana sebagai lambang kebesaran sebuah kerajaan. Istana untuk para Raja-Raja
di Jawa lazim disebut dengan Kraton. Istilah keraton atau sering ditulis kraton,
karaton atau kedhaton, berasal dari kata kratuan.
Arinya, tempat dimana ratu atau raja tinggal.Kraton merupakan bangunan yang mewah dan besar yang lazim didiami oleh
keluarga kerajaan. Biasanya setiap kraton memiliki ciri khusus dan menjadi
identitas bagi kerajaan sekaligus sebagai tempat untuk menjalankan roda
pemerintahan. Biasanya selain menjadi pusat pemerintahan, juga sebagai lambang
budaya dan tentunya tempat tinggal para keluarga raja.Dalam tulisan ini, akan di bahas secara
ringkas mengenai bentuk bangunan dan bagian-bagian arsitektur kraton Jawa
sebagai penjaga budaya yang masih tersisa. Keempat kerajaan itu adalah Kraton Kasunanan
Surakarta, Pura Mangkunegaran, Kraton Kasultanan Yogyakarta, dan Pura Paku
Alaman yang masih lestari hingga kini.[]Bersambung ke BAB I DISINI.


Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top