Menghadiahi diri sendiri itu perlu
Alhamdulillah… Beberapa waktu lalu, saya benar-benar menikmati kebahagiaan yang tiada tara. Ada rasa yang berbeda, gegap gempita, bahagia, tangis haru, dan kepuasan tersendiri kala saya menamatkan mimpi-mimpi itu. Aiiiih…. indahnya…

Perjuangan penuh drama itu, sudah pernah saya tulis di blog. Yang sudah membaca, pasti ingat kan betapa dramanya saya saat itu? Yang belum membaca, boleh lah atuh, baca sebentar sampai akhir, karena proses mendapatkan hadiahnya itu dramanya warbiyasah banget, tentunya versi saya ya.
Nah, kalau sekarang ini saya mau bercerita tentang hadiah dari mimpi-mimpi saya itu. Ceritanya panjaaaaang banget. Makanya saya bagi 3 part, hehehe. Yang pertama, tentang drama di perjalanan. Yang kedua, tentang drama haru biru saat bertemu siswa-siswi di MAN Insan Cendekia. Yang ketiga, tentang saya yang seharian jalan dan ngobrol bareng sama Adek. Inshaa Allah, postingan lanjutan akan saya terbitkan dalam 2-3 hari ke depan.
——
Sore itu, Jumat 25 Agustus 2017, saya dan Ibu sudah bersiap dengan perbekalan kami: satu tas ransel, dua tas selempang, dan satu koper. Tas ransel itu isinya baju-baju untuk saya dan Ibu selama di tempat tujuan. Sedangkan dua tas selempang itu untuk keperluan pribadi masing-masing yang akan sering banget dikeluarmasukkan.
Sebenarnya kami nggak butuh tas koper sih, lahwong kami menginapnya cuma semalam. Tapi yaaa…. koper yang kami bawa ini memang bukan berisi barang-barang kami, melainkan barang-barangnya Adek. Iyaa, ternyata Adek masih minta ini itu untuk melengkapi kebutuhannya belajar dan berkegiatan di sekolah dan asramanya.
Kami sudah membayang-bayangkan, berkhayal-khayal, bagaimanakah perjalanan kami di mobil, perjalanan kami di pesawat, keseruan acara open house nanti, dan bagaimanakah wujud Adek setelah 40 hari tak bertemu? Akankah semakin kurus atau bahkan semakin gendut? Aaaaah, bayangan-bayangan seperti itu saja sudah membahagiakan, apalagi jika sudah menjadi nyata. Aiiiih, indahnyaaa…
Pukul 9 malam, kami dijemput Om Jalil dan Tante Rofiah, orangtuanya Reta. Kami hanya berbincang sebentar di rumah. Kemudian kami lekas singgah terlebih dahulu di rumahnya Om Hidayat, ayahnya Noval.
Begini, kami berangkatnya nggak cuma berdua, melainkan dengan orang tua dari teman-temannya Adek yang juga bersekolah di MAN Insan Cendekia Serpong. Mereka adalah Reta dan Noval.
Orang tuanya Reta, yang berangkat hanya Ibunya saja. Sedangkan keluarganya Nouval, yang berangkat adalah Ayah Ibunya, beserta dua adiknya (yang satu SD kelas 5, yang satunya lagi masih berusia 4 bulan). Perjalanan jadi seru karena ada adik bayi, hihihi….
Dari 7 orang di antara kami, yang berpengalaman naik pesawat, hanyalah Om Hidayat, ayahnya Nouval. Urusan pesawat-pesawatan, kami serahkan semuanya kepada Om Hidayat. Kami pokoknya terima jadi, terima beres. Hahaha…
Sekitar pukul 10 malam, kami sudah bersiap meluncur ke Surabaya dengan menggunakan mobilnya Om Hidayat. Hawa dingin menusuk tubuh kami. Om Hidayat, yang malam itu juga kurang istirahat, sesekali menepikan mobilnya, untuk istirahat sebentar.
Jalanan Lumajang-Surabaya malam itu lengang sekali. Mobil bisa melaju kencang, tentunya dengan penuh kehati-hatian. Sekitar pukul 02.30 dini hari, kami sudah tiba di Bandara Juanda.
Saya dan Ibu, sama-sama celingukan melihat betapa agungnya bandara. Maklum, itulah pertama kalinya kami tahu bandara. Ah, ukuran Bandara Juanda juga tak seberapa besar dengan Bandara Soekarno Hatta, juga tak akan seberapa besar dengan bandara… hmmm dimana sih itu yang gede banget. Saya lupa 😂
Kami menunggu di bandara cukup lama, sekitar hampir dua jam. Pesawat baru berangkat pukul 5 pagi, tapi ya persiapannya sudah harus 2 jam sebelumnya sih.
Saya dan Ibu lihat kanan… lihat kiri… lihat depan… Ah, bagusnya interior bandara. Ah, cakepnya petugas-petugas bandara. Ah, betapa mahalnya barang-barang yang dijual. Ah, betapa noraknya kami, hahaha.
Pada suatu celingukan, tiba-tiba itu nyeletuk, “Ros, itu orang-orang jual pulsa tah?”
“Yang mana, Bu?”
“Itu… yang di depan…” katanya sambil menunjuk deretan counter pembelian dan check in bagasi pesawat.
Bukan, Bu 😅. Maklumlah jika Ibu mengira counter jual pulsa, soalnya di atasnya itu ada iklan smartphone yang terpasang cukup gede dan mentereng. Akhirnya, saya jelaskan sedikit tentang hal yang dimaksud Ibu, tentunya dengan bahasa yang sederhana dan mudah dicerna.

Karena ini pengalaman pertama kami naik pesawat, jadinya kami mengikuti apapun instruksi dari Om Jalil. 6 pasukan yang ngintil di belakangnya ini tidak tahu apa-apa, pokoknya ikut aja apapun yang disuruh. Tapi aktivitas-aktivitas yang dilakukan di bandara, sudah saya ingat dan rekam di otak saya. Iyaaa, saya mencium bau-bau naik pesawat lagi dalam waktu dekat, hahaha. Doakan saja yaa…
Ternyata capek ya… harus check in sampai tiga kali. Tapi pada check in yang ketiga, ternyata ada satu barang kami yang nggak lolos, yaitu koper. Tiba-tiba saja koper kami ditahan, ada apa?
Petugas meminta saya untuk membuka koper. Kata petugasnya, koper kami diindikasi membawa benda-benda tajam. Benda-benda tajam yang dimaksud adalah cutter dan gunting. Hahaha….
Yaelaaaah, ada-ada saja. Inipun, yang meminta dibawakan cutter dan gunting adalah Adek. Dia meminta supaya kami membawakannya perlengkapan tulis dari rumah.
Duh laaaaah, hampir aja Ibu disangka teroris gara-gara membawa benda tajam 😆
Setelah kejadian tak terlupakan itu, kami ketawa-ketiwi sembari menunggu keberangkatan menuju pesawat. Kami menunggu di boarding room.
Sekitar pukul setengah lima pagi, kami mulai berjalan menuju pesawat. Berjalan muter sana, muter sini, naik sana, naik sini, melewati lorong dan saya merasa sedang berada di film-film. Iya, kan ada tuh ya, adegan memasuki lorong-lorong saat detik-detik menuju pesawat. Hahaha…
Perihal tempat duduk, sebelumnya saya sudah mempelajarinya. Tujuannya: supaya nggak bingung di pesawat, supaya nggak memalukan saat di pesawat, hahaha.
Saya, Ibu, dan Tante Rofiah duduknya berdekatan, di nomor belasan. Sedangkan Om Hidayat sekeluarga agak menjauh dari kami, tapi mereka berdekatan.
Eeeeeh setibanya di pesawat, lah kok Ibu tiba-tiba duduk jauh dari saya dan Tante Rofiah. Sebentar sebentar, sepertinya ada yang salah. Ealah, ternyata Ibu baca tempat duduknya: salah. Hahaha… Seharusnya kan duduk bareng Tante Rofiah, lalu saya duduk di depannya. Ah Ibu, ada-ada aja.

Pagi itu, masih subuh. Awan masih merah-merah. Pemandangan dalam pesawat sangat cakep, sangat keren, sangat memukau, sangat Subhanallah…
Ayah mewanti-wanti saya agar bawa kresek, jaga diri supaya nggak mabuk atau muntah, hmmm. Saya pun juga mewanti-wanti diri dengan sadar. Pakai masker dan minum tolak angin. Baca doa banyak-banyak. Sesekali minum air putih, untuk menstabilkan tekanan dalam diri saya.
Perjalanan Surabaya-Jakarta hanya satu jam. Pada waktu yang singkat itu, saya pantang tidur, hahaha, supaya bisa puas menikmati pemandangan melalui jendela pesawat. Menenangkan sekali ya ketika bisa melihat sayap pesawat. Uwaaaw, seperti dalam mimpi. Hahaha…
Kami tiba pukul 6 pagi. Selepas turun dari pesawat, kami diantarkan ke bandara dengan menggunakan bis bandara yang minim tempat duduk. Jadilah kami berdiri dengan berpegangan erat pada gantungan di atap kereta, lalu berusaha menegakkan badan yang tak stabil kala bis ngepot ke sana kemari.
Untuk urusan penjemputan kami di bandara, juga sudah diatur oleh Om Hidayat. Ada rekan beliau yang bekerja jadi supir taksi online. Jadilah beliau mengantarkan kami ke MAN Insan Cendekia Serpong. Kami melihat sudut-sudut Tangerang-Jakarta yang aduhaaaai gede-gede banget gedungnya. Gedungnya tuh jarang banget yang cuma lantai satu, umumnya berlantai 2 sampai 3.
Kerenkah itu? Ah, bagi saya sih, enggak. Hahaha. Masih lebih keren Lumajang, yang asri dengan pepohonan sana-sini. Hehehe…
Sekitar pukul setengah delapan pagi, kami sudah tiba di bumi Serpong. Yeeeey. Saya sudah tiba di sekolahnya Adeeeeek 💃💃💃
Saya rindu Adek. Pengen ketemu Adek. Pengen tahu reaksinya Adek seperti apa karena saya nggak ngabarin kalau saya datang ke acara open housenya Adek, hihihi. Eh eh, cerita open housenya disambung pada postingan berikutnya ya. Inshaa Allah terbit 3 hari ke depan, hehehe.
Terima kasih sudah membaca…
Wassalammualaikum wr wb

Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.