wawasan

Ini Empat Puisi yang Bisa Kamu Baca di Acara Pelepasan Siswa

GHIRAHBELAJAR.COM – Momen pelepasan atau wisuda sekolah memang sangat bermakna. Memori akan terekam dengan sangat jelas bagaimana rasa haru, sedih, dan gembira jadi satu. Tak sedikit siswa yang merayakan momentum perpisahan ini dengan mempersembahkan sesuatu yang bermakna. Salah satu hal yang sering dipentaskan saat acara pelepasan siswa atau wisuda adalah penampilan pembacaan puisi. Namun, kita harus bisa memilih puisi yang pas agar bisa ngena di hati para audiens dan orang-orang yang hadir dalam acara perpisahan tersebut.Berikut ini Tim Ghirah Belajar telah mengumpulkan sejumlah puisi yang membahas topik mengenai sekolah, guru, murid. Siapa tahu cocok dibacakan di atas panggung saat acara pelepasan siswa. Mari kita simak dahulu.Puisi yang pertama berjudul “Pelataran Sekolah”. Puisi ini bercerita tentang realitas hidup seorang guru yang dituntut selalu prima, selalu bahagia di depan siswa. Padahal, nasibnya sendiri sedang sulit. Puisi ini cocok untuk kamu persembahkan keada guru-gurumu untuk menghargai jasa mereka selama ini. Langsung saja kita simak puisinya.Pelataran SekolahDi pelataran sekolahLewati dinding retak dan bocornya atap sekolahMelalui celah-celah selokan yang mampetDan busuknya bau toilet siswaAku temukan secarik harapanPada dendang sunyi seorang dermawanYang hendak menantang keangkuhan zamanDengan tenang tanpa keragu-raguanDia berjalan sajaBiar yang lain mendelik dan mengendap-endapLaranya siapa yang tahuTapi gembiranya warnai kelas selaluDia bukan dari angkatan gagapYang dibentuk oleh angkatan kurang ajar dan keparatKerjanya hampir separuh waktu hidupKarena dia tahu apa itu tujuan hidupDan di lobi sekolahDia berpendar, menari-nari dengan riangWalau nyanyian duka begitu mengiangWalau mata luka menyayat di sekitaran dadaAllahumma Dzidni IlmanWarzukni FahmanPelataran sekolah saksi bisu perjuangan seorang guru(Diambil dari buku Untuk Mak Eha – 2015)Puisi kedua bercerita tentang menjadi guru itu rasanya seperti apa. Puisi ini mengisahkan seorang siswa yang di kemudian hari menjadi guru dan ia baru merasakan bagaimana susah dan sulitnya menjadi seorang guru. Ini puisi cocok buat kamu yang kelak bercita-cita menjadi guru!TulusGuruku yang tulusMestikah aku berkata engkau tulusJika kulihat kau murung tiap kali kubingungJika kulihat kau marah tiap kali aku salahGuruku yang tulusFardukah aku berkata engkau pahlawankuKarena jasa-jasamu mendidik akuJika kau sendiri merasa kurang terhormat menjadi guruGuruku yang tulusHaruskan aku kabarkan padamuKini hampir saja aku jadi guruJejakmu telah membawa langkahkuGurukuKatanya guru digugu dan ditiruMaka kusapa bapak tukang sapu dan bapak ibu guruAgar murid tidak bertingkah semau-mauGuruku Kini aku sedikit merasakan beratnya menjadi sepertimuAku harus ikhlas dan bersyukur selaluKarena amal yang tak putus-putus adalah ilmu(Diambil dari buku Untuk Mak Eha – 2015)Puisi yang ketiga berbicara tentang murid dan tugas-tugas yang diembannya. Namun, penulis memberikan sudut pandang lain bahwa tugas murid buka soal mengejar angka-angka nilai saja, melainkan juga menjadi pribadi yang baik dan selalu berusaha menjadi lebih baik. Puisi ini cocok dibacakan oleh guru untuk murid-muridnya. Silakan disimak!Tugas MuridTugasnya menulis sajaPadahal dititah oleh Tuhan untuk membacaMembaca ini itu, yang jelas jadi perkaraMembaca buku dan realita, bukan status di social mediaTugasnya melulu soalPadahal persoalan di depan mata sering mengganjalBukan hanya masalah perut tapi juga soal modalKarena itu hal mendasar bagi murid yang mau belajarTugasnya dikejar tugasSampai lupa waktu main, lupa waktu tidurHabislah waktu untuk setumpuk kertas,Tak ada waktu luang untuk sekedar menikmati empuknya kasur Tugasnya beli buku dan seragamBiar SPP gratis tapi tuntutan hidup seakan jadi bebanBagi orang tua yang tak punya uangTerasa berat di kantong, berat di jalanTapi muridku yang aku belum pantas jadi gurumuTugasmu lebih dari itu Tugasmu bukan hanyaBukan hanya membacaBukan hanya mengerjakan soalBukan hanya mengerjakan tugasBukan hanya beli buku dan seragamTugasmu mempersiapkan diri untuk masa depanKarena generasimu akan melengserkan generasi tuaGenerasi yang kadang tak sejalan dengan zamanGenerasi yang kadang terlalu banyak aturanMuridkuCatatan yang kugoreskanSemoga jadi bekal untuk kau ke depanJangan disalahgunakanApalagi disia-siakanMuridku Karena kau mudaDan masih harus banyak mendengar dan membacaSebelum kau banyak berkata-kataSebelum kau banyak bertanyaKau harus awas pada siapa sajaJangan lengah dan jangan gegabahJangan lupa berangkat sekolahJangan lupa ibu bapak di rumahKarena kau harapan bagi merekaHarapan bagi bangsa (Diambil dari buku Untuk Mak Eha – 2015)Puisi yang terakhir ini berisi pesan yang sangat mendalam tentang keseharian di sekolah. Hal-hal yang selalu terkenang selama masa-masa bersekolah. Berbicara tentang persahabatan, pertemuan, dan perpisahan. Simak dulu saja, siapa tahu cocok untuk kamu bacakan di depan siswa, guru, dan orang tua yang hadir dalam acara pelepasan.Besok Pagi Kita Lewati Lagi Jalan Setapak Ini/1/Setiap pagi kita lewati jalan setapak iniMelihat bunga-bunga ranumCahaya matahari yang syahduAyunan batang pohon bambuMotor-motor yang rapi berjajarDan keset lusuh yang tak pernah mengeluh/2/Setiap pagi kita lewati jalan setapak iniLorong yang riuh dan bunyi kecipak airBangku-bangku yang sepi menyendiri“Telat lagi? Terlambat lagi?”suara bu guru terngiang lagiKita pun tertundukSebab kata pintu itu,“Budayakan malu bila datang telat.”Mungkin maksudnya,“Budayakan datang tepat waktu.”Aku lebih suka itu/3/Setiap pagi kita lewati jalan setapak iniDi ruang kelas yang sunyi kita bernyanyiMenyanyikan rumus-rumus matematikaYang memusingkan kepala“Hidup ini bukan cuma soal angka,” kata teman yang sok bijak“Lalu tentang apa?” timpalkuDia hanya diamYa, barangkali tak setiappertanyaan bisa dijawabdengan kata-kata bijakLalu kita menghitung berapa banyak kata dalam bahasa Indonesiakosakata yang beranak pinakmemberi hidup kita maknamemberi hari-hari kita warnadan kita hanya diambahkan diam bisa berarti seribu makna, bukan?/4/Setiap pagi kita lewati jalan setapak iniDi mana sepatu-sepatu mengayun gembiraDan ransel yang kita gendong penuh dengan harapanBerat memang, tapi begitulah hidupYang datang akan datangYang pergi harus pergiHari ini kita datangSuatu saat kita harus pergiDan semua jejak langkah kaki kitaadalah deraian tawa, haru, dan memoriyang di masa-masa kelakakan berjejal memenuhi kepala kitayang tak bisa lagi kembali mengulang“Yang fana adalah waktu. Kita abadi,”begitu kata Sapardi“Lalu kita mau abadi sebagai apa?” pertanyaan nakal di kepala inidan lagi-lagi kita hanya diam/5/Setiap pagi kita lewati jalan setapak iniMeninggalkan segala kesepian di kamar mandiBerjumpa kawan-kawan lagiMenata masa depan dengan haha-hihiAh, tidak, maksudku dengan prestasi dan reputasiMeski merepotkan tetap harus dijalaniDengan gembira dan kesungguhan hatiSampai waktunya untuk pergi dan kembali lagi esok hari/6/Besok pagi kita lewati lagi jalan setapak iniBerjumpaBersapaBerceritaMendengarkan lagu lamaMemutar rekaman memori di kepalaLalu suara bapak/ibu guru terdengar gembira,“Sibuk apa? Kerja di mana? Kuliah di mana?”Jawablah dengan hati yang riang,“Terima kasih telah mendidikku selama di sini.”(Puisi Ahmad Soleh – Depok, 9 Juni 2023)Demikianlah empat puisi bertema sekolah, guru, murid yang bisa kamu baca saat acara pelepasan siswa di sekolahmu. Semoga cocok dan bermanfaat ya. Yuk, kibarkan sayap-sayap kesusatraan salah satunya dengan membiasakan baca puisi di acara-acara sekolah kamu!


Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top