Keluarga

Mudik Lewat Foto, Cerita Lebaran dari Tahun ke Tahun

Assalamualaikum wr wb

Wuah lama banget saya nggak nulis konten organik. Menyenangkan sekali bisa menyapa teman-teman yang berbahagia. Maaf lahir batin yaa, maafin saya karena sering salah-salah saat berkomentar ke blog teman-teman. 

Terima kasih banyak yaaa, masih mau mampir ke blog halokakros.com dan membaca artikel-artikel yang ada di sini. Sekali lagi terima kasih banyak ya.

Masih dalam edisi lebaran, kali ini saya mau sharing tentang cerita mudik saya. Sebenarnya setiap lebaran, keluarga kami tidak mudik sih. Hal ini dikarenakan rumah nenek hanya 13 km yang bisa ditempuh dalam 30 menit perjalanan.

Namun setiap kali lebaran, saya punya cerita. Memang, saya sengaja menciptakan cerita itu supaya bisa dikenang suatu hari nanti. Sengaja saya abadikan dalam sebuah foto, untuk diingat bahwa kami punya keluarga dan saudara yang saling membahagiakan.

Berikut ini, adalah cerita lebaran kami dari tahun ke tahun. 

Lebaran 2012, Masih Bocah-Bocah

Ketika saya melihat foto lebaran ini, aiiiih gemasnya… Mereka masih pada bocah-bocah, yaitu Adek, Mbak Angel, dan Mas Yudis. Pada tahun 2012 ini, saya masih SMA. Kayaknya itu mobil masih baru deh, makanya saya dan Ibu foto di depan mobil, hehehe.

Lebaran 2013, Kumpul Cucunya Mbah Uti

Biasanya, usai sholat idul fitri, kami sekeluarga langsung berangkat ke kediaman Mbah Uti di Tempeh. Kami saling bermaaf-maafan. Duduk dan bercengkerama di ruang tamu Mbah Uti. Saya selalu suka dengan toples jadul milik Mbah Uti. 

Usai salam-salaman, kami lanjut makan opor. Mbah Uti selalu menyediakan opor ayam kampung buatan sendiri. Lengkap dengan kari tahu tempe dan belasan ketupat lontong untuk dimakan oleh cucu-cucunya.

Usai kenyang, biasanya kami mampir ke rumah Bude Kis yang dindingnya nempel dengan rumah Mbah Uti. Meski sebelahan, tapi rumahnya Bude Kis agak ke depan dan dekat jalan. Memberikan suasana yang berbeda karena kami bisa melihat lengangnya jalan raya.

Lebaran 2014, Pake Baju Batik Senada

Lebaran 2014, saya mencoba pakai baju batik yang senada. Pengennya sih seragaman, makanya kami memilih baju batik yang netral untuk dipakai perempuan maupun laki-laki. Kayaknya yang pakai cuma saya, Ibu, dan Adik deh. Entahlah Ayah, selalu menjadi pembeda.

Lebaran 2015, Foto Tanpa Mas Dian

Biasanya, Mas Dian (anak sulungnya Bude Kis) hadir di lebaran pagi-pagi kami. Namun berbeda untuk tahun 2015. Mas Dian telah menikah dan pada malam lebaran dia selalu menginap di rumah mertua di Pasrujambe.

Jadi, tahun 2015, beginilah foto lebaran yang bisa kami ceritakan. Btw, saya sengaja pakai baju oranye demi samaan dengan bajunya Adek, hehe.

Lebaran 2016, Ada Cicit Baruuuu

Yey, lebaran tahun 2016 cukup meriah bagi kami. Ada salah satu anggota keluarga kami yang baru lahir, yaitu Fatim. Lucu sih, karena dia masih gemas-gemasnya. Menyemarakkan suasana lebaran kami.

Lebaran 2017, Bocah-Bocah Udah Pada Gede

Aiiih, foto tahun ini juga membuat saya gemaaas. Bisa dilihat kan foto si 3 bocah yang dulu masih menggemaskan, sekarang udah pada remajaaa. Lucunyaaa…

Pada tahun ini, saya mendapatkan kesempatan berfoto dengan Mbah Uti. Cukup spesial sih, karena sayanya cantik dan Mbah Uti juga cantik. Makanya saya suka, haha. Btw, foto Mbah Uti ini kelak akan menjadi foto terbaik yang dipajang saat reuni keluarga besar.

Lebaran 2018, Dukung Online Shop Gamis Sepupu

Ada yang spesial pada lebaran 2018 ini. Kami bersama-sama mendukung bisnis online shop gamisnya Mas Dian yang sedang dibangun bersama istrinya. Jadi, saat lebaran kami menggunakan gamis katun jepang yang lagi hits kala itu. Kebetulan kainnya enak, adem, nyaman, dan harganya murah. Motifnya juga lucu-lucu. 

Pada tahun ini, sepertinya saya juga berhasil mengabadikan momen foto bareng keluarga masing-masing. Seneng deh dapat kesempatan ini. Mengatur saudara-saudara foto bersama untuk mendapatkan kenangan yang baik.

Lebaran 2019, Reuni Keluarga Besar Untuk Pertama Kali

Tahun ini juga spesial. Kami berhasil mengadakan acara reuni keluarga besar untuk yang pertama kalinya, dari garis Mbah Buyut Imam Atmoredjo yang merupakan bapaknya Mbah Uti. 

Dulu, memang ada reuni keluarga besar. Tapi keluarganya sangat besar. Sampai-sampai kami tak mengenal satu sama lain. Jadi saat reuni, kami hanya mengenal kelompok kami sendiri. Cukup sulit mengenali dan menghafalkan anggota keluarga yang begitu besar.

Jadi, untuk tahun selanjutnya diputuskan membuat reuni keluarga besar dari trah Mbah Imam Atmoredjo dan Mbah Mimbar Sukaesi. Beliau memiliki 8 orang anak. 4 di antaranya masih ada, sedangkan lainnya sudah almarhum/almarhumah. 

Mbah Uti adalah anak ketiga, sedangkan anak pertama dan kedua sudah meninggal. Jadinya, reuni perdana diadakan di rumah Mbah Uti. Saya dan Ibu saaangat repot mengurusi acara silaturahmi dan halal bihalal perdana ini. Tapi kami senang, karena bisa mengumpulkan saudara-saudara dalam acara yang besar ini. Yey!

Lebaran 2020, Mbah Uti Ada di Rumah

Awal Maret 2020, bersamaan dengan masuknya Covid-19 di Indonesia, pada saat itulah Mbah Uti kami bawa ke rumah. Di rumahnya sendiri, sudah nggak ada yang mau merawat, padahal fisiknya Mbah Uti sudah melemah dan sakit-sakitan. 

Jadi, biar keluarga kami yang merawat. Kebetulan ada Ibu, Ayah, saya, dan Adik. Kami bergantian menjaga Mbah Uti. Saya kalau malam, tidurnya sama Mbah Uti. Seneng banget berkesempatan tidur sama Mbah Uti, hoho.

Seperti yang kita tahu, bahwa saat lebaran 2020 kita tidak dianjurkan untuk mudik. Namun berhubung lokasinya cukup dekat, yaitu 30 menit perjalanan, maka saudara-saudara datang ke rumah untuk meminta maaf kepada Mbah Uti.

Sesungguhnya, baru kali ini loh kami kedatangan tamu di hari pertama. Ramai pula. Ya kami tidak bercengkrama di ruang tamu sih, melainkan di kamar Mbah Uti. Kebetulan kamar Mbah Uti didesain cukup lapang dan terang untuk menerima banyak tamu.

Lebaran 2021, Tidak Ada Tempat Berpulang

Lebaran kali ini sangat berbeda. Ibu bilang, seakan-akan tidak ada tempat berpulang. Sebab, Mbah Uti telah tiada. Orang tuanya Ayah sudah tidak ada sejak beberapa tahun lalu. Orang tuanya Ibu juga sudah tidak ada semuanya. Jadi, saat ini kami tidak punya mbah yang bisa kami jadikan tempat untuk pulang saat lebaran.

3 bulan lalu, fisik Mbah Uti drop banget. Semakin melemah. Tapi saya dan Ibu tetap menjaga dan merawat Mbah Uti sebaik mungkin. Sempat dilarikan ke rumah sakit karena Mbah Uti sudah nggak mampu menelan air. Ibarat kata, Mbah Uti seperti koma. Dehidrasi. Badannya panas. Tidak sadarkan diri.

Mbah Uti menginap selama 2 malam. Kami bergantian menjaga. Pada malam pertama, yang berjaga adalah Bude Fik dan Bude Kis. Pada malam kedua, yang berjaga adalah saya dan Bude Kis. Pagi hari usai kami sholat subuh, kami mendapati Mbah Uti tidak bernyawa lagi.

Mbah Uti sudah berangkat ke surga. Sebelum berangkat, beliau menyempatkan diri untuk minum susu (yang disalurkan lewat hidung) untuk menjadi sumber tenaga saat berangkat menuju surga. Tenang-tenang ya Mbah Uti, kami di sini baik-baik Inshaa Allah.

Jadinya, lebaran kali ini, Ibu dan Ayah di rumah saja. Saya nggak tahu kenapa Ayah nggak mau ke Tempeh, padahal Ibu pengen salam-salaman sama saudara-saudara. Jadinya, saya dan adik saja yang main ke Tempeh. Berlebaran bersama Bude Kis dan Mas Dian.

Apapun keadaan lebaran kami tahun ini, saya tetap mengucap syukur Alhamdulillah.

Mengabadikan Momen 10 Tahun

Saya senang banget, bisa mengabadikan momen 10 tahun lebaran. Nggak nyangka sih, kalau cerita lebaran bisa sambung menyambung seperti ini. Ada kisahnya masing-masing yang bisa kami kenang.

Menemukan foto yang kami rangkai selama 10 tahun, seakan-akan menemukan benang merah dari lebaran kami. Bahwa kami adalah keluarga yang sama-sama tahu tempat berpulang.

Dan sepertinya saya merasa bahwa saya mendapatkan amanah untuk memfoto saudara-saudara saat lebaran. Sungguh deh, kalau bukan saya yang mengajak foto bareng, maka foto lebaran selama 10 tahun terakhir tidak akan tercipta.

Jadi, itulah cerita lebaran saya. Saya mudik lewat foto saja. Pulang menyusuri memori lebaran tahun-tahun yang telah berlalu. 

Untuk ke depannya, semoga kami masih bisa mencicipi lebaran tahun depan. Tentu saja dengan kebahagiaan yang baru dan anggota keluarga yang baru, yey!

Wassalamualaikum wr wb

“Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti tema ‘Mudik dalam Tulisan’ yang diselenggarakan Warung Blogger”


Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top