Blog

UMPAN BALIK (feed back) DALAM PERPUSTAKAAN


UMPAN
BALIK (feed back) DALAM PERPUSTAKAAN
Oleh:
Iskandar
(Pustakawan
Ahli Madya Unhas)
Tulisan singkat ini mencoba memberi
gambaran tentang pentingnya umpan balik (feed
back
) di perpustakaan. Pustakawan membutuhkan umpan balik dari pemustaka.
Pimpinan perpustakaan membutuhkan umpan balik dari anggota yang dipimpinnya. Demikian
seterusnya sehingga umpan balik ini mampu memperbaiki “sesuatu” sehingga lebih
bermakna dan bermanfaat dengan prinsip umpan balik dapat “menolong” jika
dilakukan dengan baik.
Umpan balik yang terjadi dalam
perpustakaan terjadi karena adanya proses komunikasi sehingga tercipta hubungan
sosial (social contact). Bagaimana pustakawan
memiliki keterampilan dalam berkomunikasi ketika melayani pemustaka sehingga
pemustaka memberikan umpan balik yang bermanfaat untuk pelayanan yang lebih
baik dan sesuai dengan kebutuhan pemustaka sehingga “tercipta” saling menguntungkan
dan harmonisasi serta menekan “konflik”. Contoh umpan balik balik dari
pemustaka yang perlu diketahui pustakawan misalnya, sikap yang timbul,
pertanyaan, reaksi, laporan, tulisan, kritikan, peragaan, demonstrasi, usulan, ide,
dan lain-lain.
Dengan adanya umpan balik di
perpustakaan maka manfaat yang dapat diperoleh antara lain:
  1. Menghindari
    perbedaan pendapat termasuk salah kaprah
  2. Menekan situasi yang tidak menguntungkan
    sehingga terhindar konflik
  3. Terjadi saling pengertian, kesepakatan, kesamaan
    persepsi, dan saling memahami fungsi masing-masing
  4. Penguasaan pesan dan akurat dalam
    realisasinya
  5. Menghindari kerancuan informasi
  6. Penafsiran yang positif/baik terhadap
    informasi yang diberikan pustakawan
  7. Terjadi hubungan yang baik antar semua
    pihak dalam perpustakaan
  8. Kepuasan
    pemustaka terhadap kinerja perpustakaan.
 Ada syarat-syarat umpan balik yang perlu
diketahui oleh pemustaka sebagaimana dikemukakan oleh Widjaja (2000) yaitu:
  1. Pemustaka
    yang melakukan umpan balik dalam perpustakaan hendaklah jujur. Umpan balik yang
    tidak jujur bersumber karena kebiasaan untuk menyenangkan orang lain, keinginan
    memberi nasehat, keinginan untuk menang dalam argumentasi, malah lebih buruk
    lagi apabila ada keinginan untuk mengambil muka, menjilat, dan menyakiti orang
    lain.
  2. Umpan balik hendaklah tentang sesuatu
    yang khusus dan jelas, bukan sesuatu secara umum dan kabur.
  3. Umpan balik hendaklah mengenai sesuatu
    di mana orang yang bersangkutan dapat berbuat apa-apa. Umpan balik tentang
    sesuatu di mana orang yang bersangkutan tidak dapat berbuat apa-apa adalah
    umpan balik yang tidak berguna dan malah bisa menimbulkan perasaan dongkol.
  4. Umpan balik hendaklah jangan bersifat
    penilaian. Penilaian yang dimaksud di sini adalah judgement bukan evaluasi. Judgement
    walaupun sering dihubungkan dengan skala tetapi dipusatkan pada values atau nilai, termasuk dalam
    kategori ini adalah penilaian seperti “baik dan buruk”, “benar dan salah” dan
    seterusnya. Kalau dilihat bahwa umpan balik yang bersifat penilaian yang jujur
    sekalipun masih dapat menimbulkan akibat yang buruk maka sebaiknya umpan balik
    seperti ini dihindarkan atau dinyatakan secara lain.
  5. Umpan balik hendaknya deskriptif
    sehingga betul-betul jelas. Dalam hal ini memerlukan gambaran apa yang
    dikehendaki jelas dan terang. Prinsip deskriptif itu mengajarkan pula bahwa
    umpan balik hendaknya mengungkapkan juga apa-apa yang baik di samping apa-apa
    yang perlu diperbaiki lagi. Dalam hal ini kita sering lupa selalu mengungkapkan
    yang buruk-buruk saja tanpa menyatakan yang baiknya sehingga jarang sekali
    melihat titik-titik terang dalam pengembangan seseorang.
  6. Umpan balik hendaknya bersifat hasil oriented dan bukan person oriented. Dalam hal ini maka yang diutamakan bukan orangnya,
    tetapi kerjanya.
  7. Umpan balik hendaklah memperhatikan timing, tidak ada patokan tentang waktu
    ini. Umpan balik hendaknya diberikan berdasarkan “perasaan seseorang” atau
    berdasarkan ukuran umum yang sadar atau tidak telah diterima bersama.
  8. Umpan
    balik hendaknya berprinsip membangun dan bermanfaat serta berguna.
 Di perpustakaan umpan balik (feed back) di perlukan untuk membuat
perpustakaan dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh pemustaka sebagai
sumber belajar sepanjang hayat. Pustakawan harus bijak dalam menangani setiap
umpan balik yang diberikan oleh pemustaka, dan jika umpan balik itu mampu
membuat perpustakaan lebih digemari atau lebih baik dalam memberikan layanan
kepada pemustaka, maka ucapkanlah terima kasih sebagai suatu bentuk apresiasi
kepada pemberi umpan balik tersebut.
Sumber bacaan:
Widjaja, H.A.W. Ilmu Komunikasi : Pengantar Studi. Jakarta: Rineka Cipta, 2000.

Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top